Materi Serat Wedhatama Lengkap: Pengertian, Sejarah, Urutan, Pencipta, Contoh

 KonsepEdukasi.com - Serat Wedhatama adalah salah satu karya sastra klasik Jawa yang terkenal dalam tradisi literasi dan kebudayaan Jawa. 

Materi Serat Wedhatama Lengkap:  Pengertian, Sejarah, Urutan, Pencipta, Contoh


 Pengertian Serat Wedhatama 

Serat Wedhatama adalah sebuah karya sastra klasik berbahasa Jawa yang terkenal sebagai panduan moral dan filosofi hidup. Ditulis oleh Paku Buwono IV, seorang raja Kesultanan Surakarta pada awal abad ke-18, karya ini menyajikan ajaran tentang etika, kebijaksanaan, dan spiritualitas.

Dalam Serat Wedhatama, Paku Buwono IV menyampaikan pesan-pesan moral yang mendalam melalui puisi dan tembang yang penuh makna. Karya ini mengajarkan tentang hidup yang sederhana, bijaksana, dan benar, serta bagaimana menghadapi tantangan kehidupan dengan penuh integritas.

Karya ini tidak hanya mencerminkan pandangan dan pemikiran penulisnya, tetapi juga berfungsi sebagai referensi penting dalam tradisi sastra Jawa, memberikan panduan kepada masyarakat tentang cara menjalani kehidupan yang harmonis dan bermakna. Serat Wedhatama masih dihargai hingga saat ini sebagai bagian integral dari warisan budaya dan sastra Jawa.


Sejarah Serat Wedhatama 

Serat Wedhatama adalah sebuah karya sastra klasik Jawa yang ditulis oleh Paku Buwono IV, seorang raja Kesultanan Surakarta, pada awal abad ke-18. Karya ini merupakan salah satu contoh penting dari sastra klasik Jawa yang mencerminkan nilai-nilai dan filosofi kehidupan yang dipegang oleh masyarakat Jawa pada masa itu. Penulisan Serat Wedhatama dilakukan pada masa pemerintahan Paku Buwono IV, yang dikenal sebagai seorang raja yang tidak hanya memerintah tetapi juga mendalami seni, sastra, dan filsafat.

Karya ini ditulis sebagai panduan moral dan spiritual bagi masyarakat Jawa, yang menghadapi berbagai perubahan sosial dan pengaruh kolonialisme Belanda pada masa itu. Serat Wedhatama bertujuan untuk membimbing individu dalam menjalani kehidupan dengan kesederhanaan, kebijaksanaan, dan integritas. Ajaran-ajaran dalam Serat Wedhatama disampaikan melalui bentuk puisi atau tembang yang menggambarkan pandangan Paku Buwono IV tentang pentingnya hidup yang benar dan bijaksana.

Pada masa pemerintahan Paku Buwono IV, Kesultanan Surakarta merupakan pusat kebudayaan dan seni Jawa, di mana karya sastra seperti Serat Wedhatama berfungsi untuk mengajarkan nilai-nilai budaya dan etika kepada masyarakat. Karya ini menggabungkan elemen spiritual dan moral dengan gaya bahasa Jawa yang indah dan kompleks. Meskipun ditulis pada zaman yang berbeda, ajaran dalam Serat Wedhatama masih relevan dan dihargai dalam konteks kehidupan modern, dan terus menjadi referensi penting dalam studi tentang sastra dan budaya Jawa.


Urutan dan Pembagian Tembang Macapat dalam Serat Wedhatama

  1. Pangkur (14 pupuh, bait 1 - 14)

    • Deskripsi: Bagian ini terdiri dari 14 pupuh yang dimulai dari bait pertama hingga bait keempat belas. Tembang macapat Pangkur biasanya digunakan untuk menyampaikan ajaran moral dan spiritual dengan struktur puisi yang khas.
  2. Sinom (18 pupuh, bait 15 - 32)

    • Deskripsi: Terdiri dari 18 pupuh, mulai dari bait kelima belas hingga bait ketiga puluh dua. Sinom sering kali digunakan untuk mengungkapkan nasihat dan kebijaksanaan dalam bentuk yang lebih terstruktur.
  3. Pocung (15 pupuh, bait 33 - 47)

    • Deskripsi: Bagian ini meliputi 15 pupuh dari bait ketiga puluh tiga hingga bait keempat puluh tujuh. Tembang Pocung umumnya mengandung ajaran tentang moralitas dan cara hidup yang benar.
  4. Gambuh (35 pupuh, bait 48 - 82)

    • Deskripsi: Dengan 35 pupuh, bagian ini mencakup bait keempat puluh delapan hingga bait kedelapan puluh dua. Gambuh adalah tembang macapat yang sering digunakan untuk menyampaikan pesan yang lebih kompleks dan mendalam.
  5. Kinanthi (18 pupuh, bait 83 - 100)

    • Deskripsi: Bagian terakhir terdiri dari 18 pupuh, mulai dari bait kedelapan puluh tiga hingga bait keseratus. Tembang Kinanthi biasanya digunakan untuk penutup dan kesimpulan ajaran dalam karya sastra Jawa.


Pencipta Serat Wedhatama

Serat Wedhatama adalah karya sastra yang ditulis oleh Paku Buwono IV, seorang raja dari Kesultanan Surakarta (Solo). Paku Buwono IV memerintah pada awal abad ke-18, dari tahun 1788 hingga 1820. Selain dikenal sebagai seorang penguasa, ia juga dikenal sebagai seorang pujangga, intelektual, dan penulis yang sangat memperhatikan seni dan budaya Jawa.

Profil Paku Buwono IV
  • Nama: Paku Buwono IV
  • Jabatan: Raja Kesultanan Surakarta
  • Periode Pemerintahan: 1788 - 1820
  • Keahlian: Selain sebagai raja, Paku Buwono IV adalah seorang penulis dan pujangga yang terkenal dalam tradisi sastra Jawa. Ia menggabungkan kepemimpinan politiknya dengan minatnya dalam bidang seni dan sastra, menghasilkan karya-karya yang penting dalam warisan budaya Jawa.

Paku Buwono IV menulis Serat Wedhatama sebagai panduan moral dan filosofi hidup, dengan tujuan untuk menyebarluaskan ajaran kebijaksanaan dan etika kepada masyarakat Jawa pada masanya. Karya ini masih dihargai dan dipelajari hingga saat ini sebagai bagian penting dari sastra dan budaya Jawa.


Contoh Serat Wedhatama

Pangkur

Cuplikan: Mingkar mingkuring angkara,
Akarana karanan mardi siwi,
Sinawung resmining kidung,
Sinuba sinukarta,
Mrih kretarta pakartining ngelmu luhung,
Kang tumrap neng tanah Jawa,
Agama ageming aji

Artinya: Menghindari sifat buruk dan angkara,
Agar tetap pada jalur kebenaran,
Tersurat dalam keindahan puisi,
Dihiasi dengan variasi yang indah,
Agar dapat memahami hakikat ilmu yang luhur,
Yang berlangsung di tanah Jawa,
Agama sebagai pedoman hidup.

Sinom

Cuplikan: Nulada laku utama
Tumrape wong Tanah jawi,
Wong agung ing Ngeksiganda,
Panembahan Senopati,
Kepati amarsudi,
Sudane hawa lan nepsu,
Pinepsu tapa brata,
Tanapi ing siyang ratri,
Amamangun karyenak tyasing sesama.

Artinya: Contohkan perilaku utama,
Bagi orang-orang di Tanah Jawa,
Orang besar dari Ngeksiganda (Mataram),
Panembahan Senopati,
Yang tekun mengurangi hawa nafsu,
Dengan jalan prihatin (bertapa),
Siang malam selalu berkarya,
Untuk membuat hati tenteram bagi sesama.

Pocung

Cuplikan: Ngelmu iku
Kalakone kanthi laku
Lekase lawan kas
Tegese kas nyantosani
Setya budaya pangekese dur angkara

Artinya: Ilmu (hakikat) itu,
Diraih dengan menghayati setiap perbuatan,
Dimulai dengan kemauan,
Artinya, kemauan untuk membangun kesejahteraan bagi sesama,
Dengan teguh membudi daya,
Menaklukkan semua sifat angkara.

Gambuh

Cuplikan: Samengko ingsun tutur
Sembah catur supaya lumuntur
Dhihin raga, cipta, jiwa, rasa, kaki
Ing kono lamun tinemu
Tandha nugrahaning Manon

Artinya: Sekarang saya akan berbicara,
Tentang empat macam sembah untuk dilestarikan,
Pertama; sembah raga, kedua; sembah cipta,
Ketiga; sembah jiwa, dan keempat; sembah rasa,
Di situlah akan bertemu dengan pertanda anugerah Tuhan.

Kinanthi

Cuplikan: Mangka kanthining tumuwuh
Salami mung awas eling
Eling lukitaning alam
Dadi wiryaning dumadi
Supadi nir ing sangsaya
Yeku pangreksaning urip

Artinya: Maka, dengan memelihara pertumbuhan,
Selalu waspada dan ingat,
Ingat akan pertanda yang ada di alam ini,
Menjadi kekuatan asal-usul,
Agar terhindar dari penderitaan,
Begitulah cara memelihara hidup.





Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code